Budaya Lampung yang Rutin Digelar Setiap Tahun
Budaya Lampung – Provinsi Lampung merupakan sebuah daerah yang mempunyai semboyan “Sang Bumi Ruwa Jurai” yang berarti satu bumi yang ditinggali oleh dua etnis/suku, yaitu etnis Pepadun dan etnis Sai Batin.
Dua kelompok suku ini, mempunyai karakteristik yang berbeda dalam memilih daerah tempat menetap. Etnis Pepadun, mereka cenderung memilih tinggal di daerah daratan dan pedalaman seperti Pubian, Sungkai, Tulang Bawang dll. Sedangkan etnis Sai Batin lebih memilih daerah pesisir pantai, seperti Kota Agung, Labuhan Maringgai, Pesisir Krui dsb.
Selain itu, budaya Lampung juga terkenal dengan keaneka ragamannya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari berbagai macam festival budaya yang rutin diselenggarakan pada setiap tahunnya.
Macam-Macam Festival Adat Istiadat Budaya Lampung yang Rutin Digelar
1. Festival Krakatau
Festival Budaya Lampung yang rutin digelar setiap tahunnya adalah Festival Krakatau. Festival Krakatau mulai diselenggarakan sejak tahun 1990. Pagelaran festival ini merupakan salah satu acara yang paling dinantikan oleh masyarakat Lampung.
Dalam rangkaian penyelenggaraannya, festival ini diramaikan dengan berbagai macam acara seperti karnaval kebudayaan, pameran kain Tapis, seni tari tradisional serta berbagai macam perlombaan.
Selain menjadi pesta hiburan rakyat, festival Krakatau juga menjadi media promosi untuk mengenalkan potensi pariwisata yang ada di Provinsi Lampung. Salah satu bagian acara yang paling ditunggu adalah karnaval, karena dalam acara ini semua lapisan masyarakat bisa mengikutinya.
Dalam karnaval biasa ditampilkan parade pakaian adat dari dua etnis besar Lampung yaitu Lampung Sai Batin dan Lampung Pepadun. Selain itu juga dimeriahkan tradisi Topeng Sekura dan Topeng Tradisional Tupping.
2. Festival Tradisi Sekura
Budaya Lampung yang tak kalah unik lainya adalah tradisi Topeng Sekura. Tradisi ini merupakan kesenian yang berasal dari Pesisir Barat Lampung yang sudah berkembang sejak zaman Kesultanan Banten masih menguasai Provinsi Lampung.
Pesta sekura merupakan agenda wajib bagi masyarakat Kabupaten Lampung Barat. Perhelatan ini rutin digelar untuk menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri. Ketika mengikuti acara, peserta wajib untuk memakai topeng dengan beragam ekspresi dan karakter.
Pada dasarnya, Sekura merupakan sebuah topeng yang digunakan guna mengikuti acara Sekura. Seseorang bisa dikatakan berskura jikalau sebagian wajah atau seluruh wajah tertutup topeng. Sedangkan Penutup wajah sendiri bisa dari kacamata, kain, topeng kayu atau hanya sekedar lukisan cat.
Dalam perhelatannya, tradisi Sekura dapat diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu tujuan diadakannya Sekura adalah untuk menjalin silaturahmi dan kekeluargaan. Bahkan dari silaturrahim ini, biasanya peserta akan mendapatkan berbagai makanan yang bisa di santap dengan para peserta lain.
3. Festival Tupping
Sebelumnya, kita telah membahas tentang budaya Lampung Barat Sekura. Nah, ternyata tradisi Topeng di Provinsi Lampung masih ada satu lagi yaitu Tupping.
Tupping merupakan pertunjukan seni topeng yang berasal dari daerah Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Tupping merupakan sebuah topeng yang terbuat dari kayu dengan berbagai ekspresi dan karakter yang beragam.
Ada banyak karakter yang ditampilkan dalam pertunjukannya, seperti karakter kesatria berwibawa, kestaria berwatak bengis, kesatria sakti, tetua bijaksana, putri yang lemah lembut, anak yang sedang bersedih serta tokoh humoris/jenaka. Adapun pemilihan karakter topeng akan disesuaikan dengan kisah yang akan ditampilkan.
Pada zaman dahulu, Tupping merupakan sebuah benda yang dianggap sakral oleh masayarakat Kalianda. Bahkan jumlah Tupping bisa dikatakan spesifik serta tidak dapat bertambah maupun berkurang.
Selain itu, Tupping tidak bisa dimainkan oleh sembarang orang. Misalnya di daerah Canti, Tupping hanya boleh dimainkan oleh pemuda yang sudah berusia 20 tahun. Sedangkan di Daerah Kuripan Tupping hanya dimainkan oleh golongan tertentu saja.
Saat ini, Tupping biasa dipertunjukan dalam kisah drama kepahlawanan. Seringkali drama ini ditampilkan dalam prosesi acara pernikahan adat lampung. Diantara kisah yang sering diperankan adalah keuletan bala tentara Radin Inten I, Radein Inten II serta Radin Imba II dalam melawan penjajah Belanda.
4. Festival Megou Pak
Budaya Lampung yang berikutnya adalah festival Megou Pak. Festival ini diselengarakan setiap minggu pertama bulan Maret yang berlokasi di Menggala, ibukota Kabupaten Tulang Bawang.
Festival Megou Pak diramaikan dengan berbagai macam kegiatan seperti perlombaan, tarian tradisional serta pameran pembangunan yang diikuti oleh seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Tulang Bawang.
Festival ini bertujuan sebagai media penghargaan terhadap budayawan dan seniman setempat, guna menjaga kelestarian kebudayaan asli daerah dan sebagai ajang promosi pariwisata serta untuk memacu sektor perekonomian.
5. Festival Danau Ranau
Budaya Lampung yang satu ini cukup unik untuk diikuti. Seperti kita ketahui, bahwa Danau Ranau terletak diantara 3 provinsi yaitu Provinsi Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Setiap tahunnya, Festival Danau Ranau rutin diselenggarakan. Festival ini merupakan sebuah perhelatan budaya yang menampilkan berbagai macam lagu daerah, seni tari, dan pameran serta menjadi gambaran wisata daerah yang mampu menunjang promosi di sektor pariwisata.
Festival Danau Ranau mempunyai tujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara, meng-eksplore potensi pariwisata, sebagai media promosi bagi pengelola obyek wisata, meningkatkan inovasi para penggiat pariwisata, juga guna meningkatkan dan mendorong masyarakat supaya lebih mencintai serta menghargai budaya sendiri.
6. Festival Budaya Way Kambas
Salah satu Budaya Lampung Timur yang rutin digelar setiap tahunnya adalah Festival Way Kambas.
Festival ini mengadakan banyak kegiatan seperti Fun Bike, 10K Way Kambas Marathon, Outbound, Pertunjukan gajah, pameran budaya, festival fotografi hutan, Penampilan tari tradisional Bedana, pertunjukan musik Way Kambas Idol, festival buah, parade sepeda motor antik dan festival kuliner dll.
Festival ini bertujuan untuk mempromosikan potensi wisata Taman Nasional Way Kambas, baik skala nasional maupun mancanegara serta kampanye terhadap konservasi Gajah Sumatera yang jumlahnya semakin berkurang.
Perlu diketahui, Taman Nasional Way Kambas mulai dibangun pada masa pemerintahan Belanda tahun 1937 dan merupakan taman nasional tertua yang ada di Indonesia. Sedangkan Pusat Konservasi Gajah (ECC) dibangun di Taman Nasional Way Kambas pada tahun 1980-an.
Selain gajah sumatera, Taman Nasional Way Kambas juga merupakan habitat bagi hewan yang sudah terancam punah, seperti Badak Sumatera dan Harimau Sumatera.
SUMBER : Budaya Lampung yang Rutin Digelar Setiap Tahun
SUMBER : Budaya Lampung yang Rutin Digelar Setiap Tahun
0 komentar: